Tugas Sejarah
“To
Manurung Bone”
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
L.Martha
Ananda R BR Panjaitan
X-Einstein
2012/2013
To Manurung Matasilompoe
Bagi kepentingan kebahagiaan kehidupan manusia yang sementara
"sianre bale" (kehidupan Leviathan menurut Thomas Hobbes) dewata
(Tuhan) menurunkan pemerintah pertama di Bone, To Manurung Ri Matajang, bernama
"Matasilompoe" yang berarti orang yang mampu melihat ke segala
penjuru, mempertimbangkan segala sesuatunya secara matang sebelum mengambil
keputusan. Berdasarkan hasil kesepakatan antara To Manurung, Matasilopoe dengan
rakyat Bone, maka lahirlah perjanjian yang mengamanahkan tiga fungsi pokok
pemerintahan yang harus dimainkan oleh Matasilompoe di dalam memimpin
pemerintahan pertama di Bone. Tiga fungsi utama tersebut, ialah : 1.Muampirikkeng
temmatippang, 2. Muaddongirikkeng temmakare,3. Musalimurikkeng temmadinging.
Artinya, pemerintah itu berkewajiban : 1. Menjaga dan melindungi rakyatnya agar
tidak terganggu ketertiban dan ketentramannya. 2. Pemerintah melindungi
pertanian dan tanaman rakyat agar tidak terganggu oleh hama, 3. Pemerintah
menjamin kesehatan rakyatnya. Inilah tugas pertama dan utama pemimipin
pemerintahan " penjaga malam", tidak tidur jika rakyatnya tidur
lelap. Bukan tugas pembangunan, yang merujuk ke perebutan proyek sebagai tugas
utama pemerintahan. Demikain pula, agar raja Bone dan raja-raja Bugis lainnya
tidak mengambil keputusan yang menghambat pencapaian kebahagian orang banyak,
maka Dewata menciptakan manusia yang bernama Lamellong alias Kadjao Laliddong,
To Accanan Tana Bone, untuk dapat membekali calon-calon Raja Bugis sebelum
dinobatkan menjadi Mangkau Ri Bone atau Datu di Soppeng. Antara lain dari
nasehat-nasehatnya adalah: Aja muala pettuwicara riwettu liwanna cainnu. Aja
muala pettuwicara riwettu marennummu lanre. Aja muala pettu wicara narekko
maessolanrekko. Aja muala pettuwicara narekko malupu lanrekko. Artinya, jangan
mengambil keputusan diwaktu marah (emosional). Jangan mengambil keputusan
diwaktu senang sekali. Jangan mengambil keputusan diwaktu terlalu kenyang.
Jangan mengambil keputusan diwaktu lapar sekali. Demikian pula, untuk
kepentingan kebahagiaan orang Bone di negara kerajaan Bone, maka Dewata
mengutus Arung Palakka, Petta Malampee Gemmenna untuk melawan negara kerajaan
Gowa yang menahan bangsawan-bangsawan Bone dan dilibatkan pada kerja paksa
membuat Benteng Somba Opu. Arung Palakka melanjutkan perjuangannya dengan
menyeberang ke Buton bersama pengikut-pengikut setianya dari Bone dan Soppeng
untuk seterusnya ke Batavia (di Pulau Jawa). Di ujung utara Pulau Jawa, Arung
Palakka menemukan tempat tinggal baru yang dianggapnya aman untuk melatih
tentaranya dengan memberi nama "Muara Angke," untuk tempat domisili
barunya tersebut. Atas kekuatan tentara yang dilatih sendiri oleh Arung
Palakka, kemudian ditawari kerjasama dengan negara Belanda untuk menggempur
negara Pariaman di Sumatera Utara, dan seterusnya ke negara Gowa. Leonard
Andaya, dari Selandia Baru menuliskan bahwa setiap kerajaan yang ada ketika itu
menganggap dirinya sebagai negara. Ketika itu, negara Republik Indonesia belum
ada, karena baru diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Arung Palakka yang
berjuang untuk kepentingan "kebahagiaan rakyatnya" rela
melanglangbuana, bersekutu sesama negara lain. Demikian antara lain yang
dikemukakan Andaya dalam bukunya yang berjudul "Warisan Arung Palakka,
Sejarah Sulawesi Selatan Abad ke-17.Secara obyektif melihat sosok Arung Palakka
sebagai pahlawan kebahagiaan manusia yang menguasai abad ke -17 di Sulawesi
Selatan.
Kesimpulan
To Manurung berasal dari bahasa Bugis yang terdiri dari 2 kata
yaitu To yang berarti orang dan Manurung yang berarti turun. To Manurung adalah
orang yang tidak jelas atau tidak diketahui asal-usulnya. Menurut kebudayaan
Bugis, To Manurung adalah manusia pertama yang diturunkan dari langit untuk
menjadi penguasa di bumi. Menurut mitos, dewata menurunkan To Manurung dengan
maksud agar manusia di bumi memiliki raja(pemimpin) atau seseorang yang bisa
dijadikan panutan untuk melanjutkan hidup. To Manurung dipilih karena
masyarakat melihat sosok orang tersebut dari pergaulannya sehari-harinya. Sosok
To Manurung sendiri, akan cenderung memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang
luhur, seperti, nilai tentang kejujuran, kepedulian dan kerelawan terhadap
orang lain, tanpa membedakan status sosial dan ekonomi.
0 komentar:
Posting Komentar