Hari ini tanggal 13 maret 2009. Nina, seorang bocah kelas 6
SD sedang melamun ditengah hamparan sawah yang luas. Hari ini adalah hari ulang
tahun sahabatnya yang bernama Fika. Fika adalah sahabatnya yang masih duduk
dibangku kelas 3SD. Usianya dengan Fika memang berbeda 3 tahun. Tapi hal itu
bukan berarti Nina dan Fika tidak bisa bersahabat layaknya persahabatan orang
lain. Mereka telah lama bersahabat semenjak mereka bertetangga disebuah desa
yang sama.
Kali ini lamunan Nina semakin dalam. Ia sangat bingung ingin
memberikan kado apa buat sahabatnya itu. Ia hanya seorang gadis desa yang
berasal dari kalangan ekonomi yang kurang mampu. Ingin sekali rasanya Nina
memberikan sebuah kado mewah dihari ulang tahun sahabatnya itu, namun apalah
daya jika ia tak memiliki uang sepeser pun. Nina sangat sedih tapi ia tak
pernah kehabisan akal. Nina pun berinisiatif untuk mengajak Fika bermain
sebagai ganti kado ulang tahun yang tak mampu diberikannya.
Sore harinya Risa memanggil anak-anak desa yang biasa
ditemaninya bermain. Ia mengarahkan mereka semua menuju suatu rumah tak
berpenghuni yang berada didesa mereka. Rumah kosong itu sebenarnya sebentar
lagi aka dihuni oleh sebuah anggota keluarga, tapi pekarangannya yang luas dan
ditumbuhi oleh beberapa pohon buah-buahan membuat anak-anak didesa Nina senang
bermain disitu. Setelah semua anak-anak desa berkumpul didesa itu, akhirnya
Nina pun berniat untuk memulai permainan. Sore itu Nina berniat bermain
perang-peragan jeruk purut. Kebetulan di pekarangan rumah tersebut ada tumbuh
ebuah pohon jeruk purut yang memiliki buah yang banyak. Permainan dimulai. Nina
membagi anak-anak desa menjadi dua kubuh yang berbeda. Satu kubuh bermarkas
dibelakang rumah dan satu kubuhnya lagi bermarkas didepan rumah. Nina dan Fika
bermarkas dikubuh belakang rumah bersama sebagian anak-anak desa yang lainnya. Sementara
sisanya bermarkas dikubuh depan rumah. Semua anak-anak desa mengumpulkan jeruk
purut yang akan menjadi pelurunya. Setelah jeruk purut yang dikumpul sudah
dianggap cukup untuk melakukan perang, akhirnya permainanpun dimulai . Aksi
lempar-lemparan jeruk purut pun berlangsung. Jeruk purut kami lempar melewati
atas seng rumah kosong terseut. Lemparan jeruk yang tak sampai sangat jelas
kami ketahui karena jeruk tersebut akan mengeluarkan bunyi ketika lemparannya
hanya mengenai seng atap rumah. Tapi jika lemparan kami tidak meleset, jeruk
purut yag dilemparkan dari kubuh masing-masing akan mengenai kami. Perang jeruk
purut berlangsung dengan sangat seru meski resiko yang ditimbulkan juga cukup
besar. Baju yang terkena getah jeruk itu warnanya akan rusak. Jeruk itu juga
sangat sakit apabila mengenai kepala kami. Da juga saat itu dari kubuh depan
rumah ada yag lemparannya sangat dasyat yang menyebabkan jeruk purut itu
mengenai mata Fika. Air jeruk purut itu tersemprot kedalam mata Fika dan
rasanya pasti sungguh pedis. Tapi hal itu tak membuat Fika menyerah, Fika terus
saja melanjutkan perang-perangan tersebut dengan semangat dan terlihat sangat
gembira. Selang beberapa menit permainan tersebut berlangsung dengan sangat
seru dan penuh kehebohan, adzan magrib pun berkumandang yang menadakan kami
harus pulang kerumah kami masing-masing. Kamipun mengakhiri perang-perangan dan
berkumpul didekat pagar rumah kosong itu. Karena hanya perang-perangan palsu,
seusai bermain kami tak lupa berjabat tangan sebagai tanda perdamaian yang
menandakan perang jeruk purut yang barusan kami lakukan hanyalah sekedar
permainan. Nina melihat semua tampak gembira, termasuk Fika. Ketika kami masih
bercanda tawa didekat pagar, si calon pemilik rumah kosong itu kemudian datang
dan membunyikan klakson mobilnya. Kami sontak kaget kemudian berhamburan lari
kerumah masing-masing. Kami meninggalkan sicalon pemilik rumah yang nampaknya
marah-marah. Nina, Fika dan anak-anak desa lainnya berjalan pulang menuju
kerumah mereka masing-masing. Hingga tibalah Nina dan Fika didepan rumahmereka
masing-masing yang memang bersampingan. Saat Nina tiba didepan pagar rumahnya dan Fika juga tiba didepan
rumahnya, Nina memanggil Fika dan berkata “ Fika, Happy Birthday nah J “ Fika pun membalasnya
dengan penuh senyuman dan berkata “ Iya makasih nah atas perang-perangan jeruk
purutnya sama anak-anak desa”. Mereka pun berlalu. Nina sangat bahagia bisa
merayakan Ulang Tahun Fika bersama anak-anak desa. Begitupula Fika merasa sagat
bahagia karena walaupun tanpa kado yag mewah, ulang tahunnya yang ke 8 tahun
itu menjadi sangat berarti :)
0 komentar:
Posting Komentar